Hari Jum’at yang
gersang identik dengan tidur siang, masyarakat mayoritas muslim pun tidak ketinggalan
untuk ikut serta dalam waktu sholat
jum’at yang akan diadakan mesjid sekitar, setiap umat muslim terutama pria, ketika
jum’at tiba, melaksanakan kewajiban mingguan yaitu sholat jum’at atau sebutan
mayoritas etnis jawa bilang jum’atan.
Masyarakat
muslim terutama yang bermukim melakukan berbagai persiapan yang dilakukan mulai
dari mandi, hingga memakai wangi-wangi. Diantara masyarakat yang telah sibuk
atas pekerjaannya, tentu harus meninggalkan sejenak, guna melaksanakan ibadah
jum’at yang penuh kedamaian dan nikmat. Bagi para pekerja maupun pelajar, Sholat
Jum’at merupakan kegiatan untuk
peristirahatan dan ajang bertemu teman-teman dan bagi anak-anak khutbah
jum’at sebagai kesempatan yang penuh dan ramai canda dan keceriaan.
Dipesisir
jalan-jalan yang tadinya ramai oleh
pedagang-pedagang kini menjadi sepi. masjid-masjid pun kian ramai dikunjungi, karena
para jama’ah melaksanakan salah satu tuntunan yang bersumber Al-Qur’an dan
Hadits Nabi SAW, dalam agenda Sholat Jum’at tentu ada seorang mubaligh mulai
dari tokoh masyarakat seperti Ustadz, hingga para intelek seperti: profesor maupun
maupun pejabat setempat. Dalam menyampaikan pesan, tausyiah-tausyiah,
wasiat-wasiat tentu
meliputi iman, islam maupun ihsan yang harus
dijalankan oleh para jama’ah pendengar.
Khotib
pun naik atas mimbar dan menyampaikan dengan suara yang
mengalun-alun syahdu seperti irama yang membuat hati saya tersentuh, hingga
saya pun terbuai dalam lantunan ayat-ayat suci maupun Hadits Nabi yang
lagi-lagi membuat hati syahdu, hingga
terlelap tidur yang
melayang jauh, dengan
Durasi khutbah yang lama untuk ditempuh dan sampai-sampai saya
pun terbangun karna suara Iqamah
Muadzin
yang begitu gaduh, dan tak sampai disitu mesjid-mesjid tadinya yang kosong
menjadi penuh, bahkan ada yang banyak jama’ah ketinggalan hingga akhirnya
terburu-buru.
Waktu sholat
jum’at pun berlalu, Saya pun berfikir apakah ada kesan materi yang disampaikan
para Khotib? Dalam materi yang disuguhkan oleh jama’ah hanya itu-itu dari
waktu ke waktu, minggu ke minggu? Hingga membuat
jama’ah pun jenuh? apakah tiada materi yang disampaikan Khotib supaya para kalangan muslim
terkesan dan bereflek pada perilaku? Tak perlu jawaban dari individu, biarlah,,,masing-masing pengkhotbah
maupun Jama’ah intropeksi untuk menjawabnya!
Ahsanur Rofiq
Mahasiswa Aqidah Filsafat, Ushuluddin, IAIN Surakarta
Email: ahsanoerrofiq@gmail.com